Saturday, July 14, 2007

The Philantropist

The Philanthropist
Semarang 22:47 09/07/07

Someday, aku baca sebuah buku bagus karangan Ipho, didalamnya ada sebuah pernyataan yang mungkin sedikit controversial… dalam buku itu Ipho berkata “di jaman ini, kita tidak lagi menemui seorang sufi (-in muslim- orang yang mengabdi untuk agama) di Masjid, di Gereja, pura, atau di tempat ibadah lainya, tapi di meja rapat CEO” kenapa dia bilang begitu, karena angka penderma terbesar justru orang-orang yang bertitle CEO, sampai-sampai dalam bukunya dia menggambarkan seperti ini:

Di akhirat kelak, seorang guru, dokter, dan kyai saling berebut untuk memasuki pintu surga dulu. Kemudian untuk memutuskan siapa yang paling berhak masuk surga pertama, mereka saling menceritakan kebaikan mereka masing-masing, sang guru bercerita mengenai pengabdian dia mencetak generasi yang pintar dan jenius, kemudian sang dokter menceritakan pengalamannya menyelamatkan ratusan jiwa manusia selama dia mengabdi, sang kyai juga turut bercerita menganai abdinya untuk membawa orang yang telah sesat ke jalan-Nya. Kemudian datang seorang C.E.O, lantas sang kyai ber-ujar, wah, orang ini yang sering sekali menyumbang di mesjid di daerah saya sehingga mesjid saya menjadi berkembang dan kita bisa melayani jemaat yang lebih banyak, si dokter pun turut berujar, wah bapak ini yang membantu pembangunan di rumah sakit kami, sehingga fasilitas di rumah sakit kami semakin baik dan menambah cepat kesembuhan pasien, sang guru pun juga ikut berkata, wah, bapak ini yang membangun sekolah kami sehingga bisa menampung banyak murid dan menambah fasilitas sekolah. Kemudian mereka bertiga kompak menyilahkan sang C.E.O memasuki pintu surga terdahulu...

Well... cerita diatas hanya plesetan, dan yang ngomong bukan saya, tapi pak Ipho dalam bukunya, saya hanya menyampaikan... tapi kenyataannya memang demikian, tanpa bermaksud membantu orang lain ria (-islam- menyombongkan kegiatan baik) kita lihat saja Bill Gates yang konon menyumbangkan pendapatan bersinya hingga 60%, Bono dan rekan musisinya membentuk sebuah lembaga yang bertujuan recovery daerah yang dilanda bencana di negara-negara miskin & berkembang... orang-orang seperti inilah yang menjadi semacam “invisible hand” tangan-tangan yang tak terlihat yang membantu dunia ini menjadi lebih baik dengan kegiatan philanthropy mereka... dalam perjalanan di kereta menuju Semarang dari Bandung karena kereta Harina dinginya puooool, aku main ke kereta makan buat ngebul, ngaso dan menghangatkan diri dari AC gerbong yang dingin banget, then saya ngobrol-ngobrol sama orang yang ada disana, dan salah satunya ada yang cerita kalo ada bapak-bapak yang biasa naik kereta ini, dia punya kebiasaan selalu bawa satu dos mie, dan dia bagikan mie-mie tersebut ketika kereta stop di stasiun keciil, dia bagikan mie itu ke penjaga kereta, tukang sapu dan sebagainya... begitu saya mendengar cerita itu saya langsung termenung beberapa saat... orang-orang seperti inilah yang turut membantu kelaparan, meski kecil tapi sungguh berarti bagi mereka yang membutuhkan... dalam blog saya ini saya ingin menyampaikan kekaguman mereka, beliau-beliau yang mau membagikan kebahagiaanya walaupun kadang tidak seberapa...

Then again saya teringat saya teringat atas sebuah ungkapan dari seorang alumni AIESEC, Mr. Arief, dia berkata “the more you give – the more you get” ungkapan sederhana yang dalam agama Islam keyakinan saya pun tersebut didalamnya, namun jarang kita hayati. Dan mungkin kausalitas itu benar adanya.... karena toh, para philanthropist- philanthropist ini tetap tidak merasa kekurangan dalam kegiatan mulianya... if we give more to the people, then, we’ll got more from them, in unexpected way... God’s Secret...!

Let’s we learn from them... the philanthropist!

No comments: